Jombang, lenteranusantaranews.com
Ketegangan meningkat di Desa Pulorejo, Kecamatan Tembelang, Jombang. Proses seleksi perangkat desa belum selesai, namun Kepala Desa sudah lebih dulu dijadikan sasaran. Indikasi tekanan sistematis muncul dari arah yang tak terlihat secara formal, namun dampaknya menghantam langsung kredibilitas pemerintah desa.
Pada 24 Juni 2025, peserta seleksi Fery Leo Ronald melaporkan dugaan pencurian dan penggelapan ke Polres Jombang. Laporan ini teregister dalam LPM/444/RESKRIM/VI/2025/SPKT/Polres Jombang/Polda Jatim, dan ditangani oleh IPDA Rendro Lastono, S.H.
Namun informasi yang berkembang menunjukkan pola yang tak berdiri sendiri. Fery disebut mendapat dorongan dari pihak luar. Gerakan pelaporan ini muncul bersamaan dengan tekanan politik dan pengondisian opini publik terhadap Kepala Desa.
Salah satu peserta seleksi bahkan terdeteksi melakukan komunikasi tertutup dengan pihak eksternal, termasuk pertemuan dengan wartawan lokal yang tidak berkaitan langsung dengan proses seleksi. Pertemuan itu disinyalir berkaitan dengan pengaturan narasi pemberitaan yang merugikan pemerintah desa.
Belum ada tahapan seleksi berjalan. Tapi atmosfer konflik sudah diciptakan. Publik digiring untuk meragukan integritas Kepala Desa. Sejumlah manuver terlihat terstruktur dan diarahkan untuk menggeser kendali proses di luar jalur resmi.
Kepala Desa saat ini bekerja dalam tekanan tinggi. Berbagai upaya hukum, sosial, hingga media digunakan untuk melemahkan posisi pemerintahan desa.
Situasi ini tidak hanya mengganggu jalannya pemerintahan, tapi juga memecah fokus warga. Pulorejo yang semula tenang kini menjadi panggung konflik terbuka, bukan karena seleksi, tapi karena ada agenda yang lebih besar: meruntuhkan otoritas desa dari dalam.
(red).


